Awirarangan, KuninganSatu.com - Jika selama ini kita mengenal petugas pemadam kebakaran hanya beraksi saat si jago merah mengamuk, maka di Kabupaten Kuningan, tugas mereka ternyata jauh lebih luas dari sekadar menyemprotkan air dan memadamkan api. Petugas Damkar Kuningan kini juga berperan sebagai penyelamat dalam berbagai situasi unik, bahkan kadang di luar dugaan.
Data tahun 2024 menunjukkan bahwa jumlah penanganan non-kebakaran justru mendominasi laporan yang ditangani Damkar Kuningan. Tercatat, evakuasi sarang tawon menjadi yang paling banyak dilakukan, yakni sebanyak 399 kali, disusul evakuasi binatang liar dan berbahaya sebanyak 151 kali. Sementara itu, penanganan kebakaran sendiri hanya berjumlah 75 kasus sepanjang tahun.
Kepala UPT Damkar Kuningan, Andri Arga Kusumah, mengungkapkan bahwa musim hujan yang berkepanjangan menjadi salah satu penyebab rendahnya angka kebakaran. Namun, bukan berarti petugas damkar bisa bersantai. Justru laporan yang masuk sering kali beragam dan menantang.
“Alhamdulillah karena masih musim hujan, kasus kebakaran menurun. Tapi laporan penyelamatan itu terus datang. Dari mulai ular masuk rumah, mobil terperosok, sampai pohon tumbang. Bahkan tadi pagi juga ada pohon tumbang lagi,” tutur Andri saat ditemui, Minggu (1/5/2025).
Selain kejadian umum, Damkar Kuningan juga kerap diminta menangani kasus-kasus unik. Mulai dari mobil yang terkunci dari dalam, evakuasi tokek, hingga permintaan dari orang tua untuk menasihati anak yang tantrum.
“Ada yang laporan kunci mobil ketinggalan di dalam saat di tempat wisata. Lalu ada juga yang minta evakuasi tokek. Sebenarnya tokek tidak berbahaya, tapi warga tetap minta bantuan. Dan yang paling unik itu, ada orang tua minta kami bantu nasihati anaknya yang sering tantrum,” tambahnya sambil tersenyum.
Dalam satu tahun terakhir, selain penanganan sarang tawon dan hewan liar, Damkar Kuningan juga menangani 59 kasus pohon tumbang, 51 evakuasi penyelamatan orang, serta 44 kali membantu pelepasan cincin yang tersangkut di jari. Petugas bahkan turut serta dalam 43 kejadian longsor, banjir, dan tumpahan oli.
Walau berbagai laporan datang silih berganti, Andri menyebutkan bahwa timnya tidak menemui kendala besar, selain terbatasnya sarana dan prasarana pada beberapa kondisi tertentu. Namun, semangat dan kreativitas para petugas menjadi kunci utama dalam menyelesaikan setiap tantangan.
“Seperti waktu ada korban tenggelam di Ciwaru, kami tidak punya alat selam. Tapi anggota tetap turun dengan alat pinjaman dari Basarnas. Semua bisa diatasi karena inisiatif dari teman-teman,” katanya.
Tak hanya fokus pada evakuasi dan penyelamatan, Damkar Kuningan juga aktif dalam edukasi dan pencegahan kebakaran. Selama 2024, mereka telah menggelar 115 kegiatan edukasi untuk anak usia dini, 27 sosialisasi bahaya kebakaran, serta 60 kali giat pengamanan di berbagai acara.
Cerita dari balik sirine Damkar Kuningan ini memperlihatkan bahwa menjadi petugas damkar bukan hanya tentang keberanian menghadapi api, tapi juga tentang kepekaan sosial, empati, dan kesiapan menghadapi apapun yang datang, bahkan jika itu hanya soal tokek di kamar mandi atau anak yang butuh nasihat.
(roy)