Kuningan, KuninganSatu.com - Pangeran Elang Gesang, tokoh adat dari Keraton Gebang Cirebon, sebelumnya menyampaikan bantahan tegas terhadap pernyataan Heru Rusyamsi Arianatareja, yang mengaku sebagai Sultan dari Keraton Kasepuhan. Dalam pernyataannya pada Rabu (25/6/2025), Gesang menyebut klaim Sultan Heru atas tanah Pendopo Kabupaten Kuningan sebagai bagian dari tanah ulayat Kesultanan Cirebon patut dipertanyakan.
“Kami memandang perlu untuk meluruskan sejarah dan menjaga keabsahan garis keturunan. Tidak semua pihak yang mengaku Sultan adalah pewaris sah dari Sunan Gunung Jati,” ujarnya.
Gesang juga mempertanyakan validitas gelar Sultan yang disandang Heru, serta menyebut pentingnya musyawarah antar-keraton dan verifikasi sejarah sebelum mengklaim tanah atau status budaya.
Namun pernyataan tersebut langsung dibantah oleh Wakil Panglima Besar Laskar Kuda Putih Keraton Kasepuhan Kesultanan Cirebon, Rd. Norman, yang menilai pernyataan Elang Gesang tidak berdasar dan justru menyesatkan publik.
“Yang namanya Gesang itu bukan turunan. Status nasabnya tidak jelas. Mereka mengaku keturunan Sutajaya Upas, tapi siapa orang tua Sutajaya? Siapa nama kakeknya? Tidak jelas juga dan tidak ada data di keratonnya,” tegas Norman dalam pernyataan resminya, Sabtu (28/6/2025)
Norman juga menyampaikan bahwa Keraton Gebang sendiri secara historis dan struktural tidak pernah diakui sebagai bagian dari Kesultanan Cirebon yang sah.
“Keraton Gebang itu tidak ada dalam struktur keraton utama Cirebon. Tidak tercatat dan tidak pernah diakui dalam musyawarah trah,” tambahnya.
Lebih lanjut, Norman menyebut banyak orang saat ini mengaku-ngaku turunan keraton dengan silsilah yang tidak sah dan dibuat-buat.
“Banyak orang biasa yang mengaku-ngaku turunan, padahal silsilahnya nyantolin, tidak bersambung secara adat maupun sejarah,” ujarnya.
Sementara itu, Sultan Heru atau Pangeran Kuda Putih, menurut Norman, telah melalui prosesi penobatan sah secara adat dan telah diverifikasi oleh pihak berwenang.
“Sultan kami, Pangeran Kuda Putih, penobatannya disahkan oleh Santana Kesultanan Cirebon. Silsilahnya jelas, bebed bobodnya ada. Bahkan sudah diverifikasi oleh negara,” katanya menegaskan.
Norman pun mempertanyakan kontribusi pihak-pihak seperti Gesang terhadap pelestarian keraton dan budaya Cirebon.
“Selama ini mereka yang mengaku-ngaku turunan justru tak punya cukup nyali untuk mengusir keturunan Snouck Hurgronje dari keraton. Malahan kongsi dengan turunan Belanda,” sindirnya.
Menutup pernyataan, Norman mengajak semua pihak agar tidak mudah termakan narasi yang tidak berdasar. Ia mengingatkan pentingnya memahami sejarah dengan sumber yang benar dan sah.
“Warisan budaya Cirebon bukan alat politik atau alat proyek pribadi. Hormatilah garis dan mekanisme adat. Kalau tidak tahu nasab, jangan ngaku-ngaku pangeran,” pungkasnya.
(red)