Kuningan, KuninganSatu.com - Penurunan aktivitas di kawasan Foodcourt Juara, Kuningan, memicu sorotan tajam dari kalangan aktivis mahasiswa. Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kabupaten Kuningan, Renis Amarulloh, menilai kondisi ini merupakan bukti kegagalan kebijakan relokasi Gedung Pemuda yang dinilai tidak berpihak pada sejarah dan ekonomi rakyat.
“Gedung Pemuda itu bukan sekadar bangunan tua. Itu simbol sejarah gerakan pemuda Kuningan, saksi lahirnya kader-kader daerah. Ketika dipindahkan begitu saja, maka makna kolektif dan fungsinya pun tercerabut,” ujar Renis, Kamis (4/7/2025).
Menurut Renis, relokasi tersebut tidak disertai dokumen rencana induk kawasan atau penataan lintas sektor yang terintegrasi. Hal ini menyebabkan fungsi kawasan Taman Kota Kuningan menjadi timpang. Ia menyebut instansi teknis seperti Dishub, Dinas Pariwisata, Satpol PP, dan Dinas UMKM tidak menunjukkan koordinasi konkret.
“Alih-alih jadi revitalisasi, ini justru menciptakan kekacauan ruang. Foodcourt Juara yang dulu sempat hidup kini justru sepi pengunjung. Pedagang merugi, omzet turun drastis. Bukan karena produknya buruk, tapi karena ruangnya tidak mendukung,” tegas Renis.
Ia juga menyoroti hilangnya Sekretariat KNPI dari sisi Taman Kota yang selama ini menjadi pusat kaderisasi pemuda dan ruang tumbuh kepemimpinan. Renis mengingatkan bahwa Bupati Kuningan saat ini merupakan mantan Ketua KNPI yang pernah berkantor di tempat tersebut.
“Bupati seharusnya memahami nilai sejarah itu. Dukungan beliau untuk mengembalikan Gedung Pemuda ke tempat semula akan menjadi bentuk penghormatan terhadap jejak perjuangan pemuda,” katanya.
IMM Kabupaten Kuningan mendesak Pemkab melakukan evaluasi total terhadap arah pembangunan kota. Menurut Renis, kota tidak bisa dibangun hanya dengan pendekatan estetika dan fisik semata.
“Ruang kota itu harus hidup dan bernapas sejarah, mendukung ekonomi rakyat, dan memfasilitasi interaksi sosial. Gedung boleh dipindah, tapi sejarah tidak bisa dibongkar pasang,” tutup Renis.
(red)