Video LGBT di Cafe Kuningan Viral: Muspika Turun Tangan, Manajemen Klarifikasi
![]() |
Foto: Muspika Cigugur ketika kroscek isu LGBT di Black Bine Cafe (dok. Pemdes Cisantana) |
KuninganSatu.com - Sebuah video yang memperlihatkan sekelompok remaja pria berpenampilan selayaknya perempuan tengah berpesta dan berlenggak-lenggok di salah satu cafe di Kabupaten Kuningan viral di media sosial, Rabu (13/8/2025). Kejadian tersebut memicu kembali perbincangan panas soal isu LGBT di daerah yang dikenal sebagai Kota Kuda ini.
Dari penelusuran, lokasi dalam video tersebut berada di Black Bine Cafe, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur. Dalam rekaman berdurasi kurang dari satu menit itu, tampak para remaja beraksi di tengah alunan musik, disaksikan pengunjung lain yang tampak menikmati suasana.
Menurut salah seorang warga sekitar, keramaian di cafe tersebut bukan hal baru.
“Sebelumnya juga pernah ramai, tapi sudah diselesaikan lewat musyawarah yang disaksikan Muspika. Tapi soal yang menyangkut LGBT ini baru kali ini mencuat, dan jujur warga merasa resah,” ujar warga yang enggan disebutkan namanya tersebut ketika dikonfirmasi KuninganSatu.com, Kamis pagi (14/8/2025).
Video itu cepat menyebar dan menimbulkan pro-kontra. Sebagian warga menilai kegiatan tersebut bisa memicu pengaruh buruk bagi generasi muda, sementara yang lain menganggapnya sekadar hiburan.
Klarifikasi Pihak Black Bine Cafe: “Kami Hanya Menerima Mereka Sebagai Konsumen”
Pihak manajemen Black Bine Cafe mengakui bahwa video tersebut memang diambil di tempat mereka pada malam Sabtu. Namun, mereka menegaskan bahwa kegiatan itu bukan agenda resmi yang dirancang untuk mengampanyekan isu LGBT.
“Memang malam Sabtu kemarin itu benar terjadi di Black Bine. Kami sebenarnya tidak bisa lari dari persoalan ini karena di Kuningan sedang ramai soal moralitas kelompok tersebut. Tapi kami mohon maaf, tidak ada niat lain. Mereka datang sebagai konsumen, dan kami layani seperti tamu lain,” jelas pihak manajemen yang diwakili Ismah Winartono, Rabu malam (13/8/2025).
![]() |
Foto: Pihak Manajemen Black Bine Cafe (dok. Cigugur Scale Up) |
Menurutnya, Black Bine kerap mengadakan hiburan live music, termasuk konsep drag queen night pada malam tertentu atau kolaborasi dengan seniman lokal.
“Kadang kami kolaborasi dengan sanggar seni. Semua kalangan bisa datang, mulai ibu-ibu, bapak-bapak, sampai anak muda. Joget itu bukan cuma mereka saja,” tambahnya.
Manajemen juga menegaskan, jika ada aktivitas yang membahayakan atau melanggar aturan, pihaknya akan segera menghentikan.
“Kalau ada asumsi Black Bine sarang LGBT, itu tidak benar,” tegasnya.
Muspika dan Tokoh Masyarakat Lakukan Cross-Check
Merespons viralnya video tersebut, jajaran Muspika Kecamatan Cigugur bersama perangkat desa, tokoh masyarakat, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat langsung melakukan pengecekan ke lokasi.
“Kami melakukan kroscek terkait pemberitaan yang beredar. Setelah berkomunikasi dengan pengelola, kami mendapat klarifikasi bahwa Black Bine bukan tempat LGBT seperti yang diberitakan,” ungkap Camat Cigugur, Yono Rahmansah.
Dalam pertemuan tersebut, pihak cafe diminta melakukan langkah-langkah perbaikan, termasuk penyesuaian konsep hiburan yang dianggap sensitif di tengah masyarakat Kuningan. Arahan juga diberikan agar penyelenggaraan kegiatan ke depan lebih memperhatikan norma dan budaya setempat.
Pemda Dukung Perbaikan Konsep Wisata Hiburan
Menurut Yono, arahan dari Bupati Kuningan juga menekankan pentingnya menjaga keharmonisan antara kegiatan hiburan dan nilai moral masyarakat.
“Pemerintah daerah ikut mendorong adanya perbaikan pengelolaan dan konsep wisata, sehingga bisa diterima semua kalangan,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan dapat meredam polemik dan mengembalikan suasana kondusif di tengah masyarakat. Sementara itu, video yang terlanjur viral terus menjadi perbincangan di jagat maya, dengan beragam pendapat dari warganet.
(red/roy)