Viral! Remaja Pria Dandan Perempuan Berjoget di Kafe, Isu LGBT Kuningan Kembali Memanas
![]() |
Foto: Aktivitas sekumpulan remaja di salah satu cafe di Kuningan |
KuninganSatu.com - Rabu (13/8/2025) sebuah video berdurasi hanya 0,25 detik menghebohkan jagat maya Kuningan. Meski singkat, rekaman itu menampilkan sekelompok remaja laki-laki menari berlenggak-lenggok layaknya perempuan di sebuah kafe yang lokasinya diduga berada di wilayah Kabupaten Kuningan. Busana, riasan wajah, dan gaya rambut mereka selaras dengan identitas perempuan, kontras dengan jenis kelamin biologis yang mereka miliki.
Rekaman yang pertama kali beredar di sebuah grup percakapan itu dengan cepat menyebar ke berbagai platform media sosial, memantik komentar tajam dari publik. Banyak yang mempertanyakan identitas para remaja dalam video tersebut, lokasi pengambilan video, motif di balik aksi itu, dan apakah kegiatan tersebut merupakan bagian dari sebuah acara bertema tertentu atau sekadar hiburan bebas.
Reaksi masyarakat pun terbelah. Sebagian memandangnya sebagai bentuk kebebasan berekspresi yang tidak perlu dibesar-besarkan, sementara lainnya menilai hal itu sebagai tanda meningkatnya aktivitas LGBT di ruang publik yang dinilai bertentangan dengan norma sosial, agama, dan budaya daerah.
Isu LGBT Kembali Memanas di Kuningan
Video ini muncul di tengah suasana panas perdebatan soal LGBT di Kabupaten Kuningan. Sebelumnya, publik dihebohkan oleh temuan sebuah grup komunitas LGBT di Facebook dengan anggota mencapai ribuan orang. Grup tersebut diketahui cukup aktif, mulai dari berbagi foto, berdiskusi, hingga mengadakan pertemuan langsung.
Keberadaan grup ini memicu gelombang penolakan dari berbagai pihak, termasuk tokoh agama dan organisasi kemasyarakatan, yang menilai hal itu sebagai ancaman terhadap moral dan nilai budaya. Di sisi lain, beberapa individu membela keberadaan komunitas tersebut dengan dalih kebebasan hak asasi manusia, memunculkan benturan pendapat di ruang publik.
Ketegangan semakin memuncak setelah insiden dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang atlet asal Kuningan terhadap individu yang diduga bagian dari komunitas LGBT. Alih-alih meredam masalah, kasus ini justru membuka babak baru kontroversi setelah sang atlet mengaku menerima teror dan ancaman dari pihak-pihak yang diduga masih memiliki hubungan dengan jaringan LGBT setempat.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa isu LGBT di Kuningan bukan lagi sebatas perdebatan moral, tetapi sudah menyentuh aspek keamanan, hukum, dan potensi konflik sosial. Dalam konteks ini, video pesta remaja di kafe dianggap oleh sebagian warga sebagai bukti bahwa fenomena tersebut kian berani tampil di ruang publik.
Hingga kini, belum ada sikap resmi dari pemerintah daerah mengenai langkah konkret menangani situasi ini. Ketidakjelasan sikap inilah yang oleh sebagian kalangan dinilai membuat ruang gerak komunitas LGBT di Kuningan semakin leluasa.
(red/roy)