
KuninganSatu.com,- Akses menuju destinasi wisata Curug Cilengkrang terputus akibat longsor yang terjadi pada Rabu (14/5/2025) siang. Peristiwa ini bukan hanya mengganggu aktivitas wisata, tapi juga membawa dampak serius bagi kebutuhan air bersih warga Desa Pajambon, Kecamatan Kramatmulya.
Derasnya hujan yang mengguyur kawasan Palutungan siang itu memicu longsoran besar. Bongkahan batu dan lumpur turun ke lereng, menutup jalur hiking menuju air terjun yang terkenal dengan pemandian air panasnya. Video kejadian ini kemudian viral setelah diunggah akun TikTok @omjjeee, hingga Kamis (15/5), sudah ditonton lebih dari 392 ribu kali dan menuai ribuan reaksi dari warganet.
“Bukan hanya akses ke Curug yang tertutup. Air curug yang biasa dimanfaatkan warga pun kini keruh karena bercampur material longsoran,” ungkap Hj. Nani, Kepala Desa Pajambon, saat ditemui di kantornya, Kamis (15/5/2025).
Nani menjelaskan bahwa kejadian longsor ini bukan kali pertama. Sebelumnya, longsor juga terjadi di bulan Ramadan lalu dan sempat merusak jaringan pipa PDAM. Kini, dampaknya meluas: warga kesulitan mengakses air bersih karena sumber utama air tercemar.
“Waktu kejadian kemarin, warga kami benar-benar kelabakan cari air bersih. Apalagi sebagian besar masih mengandalkan aliran dari curug,” tambahnya.
Viralnya video longsor itu memicu diskusi serius di media sosial. Banyak warganet mulai menyoroti pembangunan masif di kawasan wisata Arunika, yang letaknya berada di hulu area terdampak longsor. Beberapa menyebut pembangunan tersebut sebagai penyebab berkurangnya daya dukung lingkungan.
“Plis stop pembangunan Arunika, sudah membabat habis,” tulis akun @Activity.kt dalam komentar yang mendapat banyak dukungan.
Akun lain, @pengembarajiwa80, mengeluhkan bahwa sejak Arunika berkembang, air yang mengalir ke tiga desa di bawahnya menjadi kotor dan tak layak konsumsi. Sementara @Negoro_Bakrie membandingkan kondisi ini dengan urbanisasi yang terjadi di Bogor: “Efek di atasnya mulai banyak bangunan, lama-lama mah seperti di Bogor.”
Pemerhati lingkungan Avo Juhartono pun angkat bicara. Melalui akun Facebook-nya, ia menilai bahwa kapasitas ekologi kawasan Palutungan telah melampaui ambang batas. “Daya dukung lingkungan kawasan Arunika melebihi kapasitasnya, diduga menjadi pemicu terjadinya longsor ke arah Cilengkrang,” tulisnya.
Meski jalur hiking saat ini mulai dibuka kembali secara darurat, kondisi tanah yang masih licin tetap menjadi ancaman. Warga dan pengelola wisata berharap adanya evaluasi serius atas tata ruang dan pembangunan di kawasan hulu.
(red)