Cigugur, KuninganSatu.com - Puncak rangkaian upacara adat Seren Taun 1958 Saka Sunda yang telah berlangsung selama sepekan mencapai klimaksnya pada Kamis (19/06), bertempat di halaman Gedung Paseban Cagur, Cigugur. Ribuan masyarakat dari berbagai daerah dalam dan luar Kabupaten Kuningan memadati lokasi acara untuk menyaksikan momen sakral yang telah menjadi bagian penting dari tradisi masyarakat Sunda Wiwitan.
Seren Taun tahun ini mengusung tema “Nilai Luhur Tradisi Bangsa Sebagai Pedoman Menuju Indonesia Emas”. Upacara dipimpin langsung oleh Pangeran Gumirat Barna Alam (Rama Anom) sebagai ketua panitia. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa perayaan Seren Taun bukan semata seremoni budaya, melainkan sebuah bentuk kesadaran spiritual dan rasa syukur mendalam atas limpahan nikmat dari Sang Pencipta, terutama berkaitan dengan pergantian musim tanam dan panen.
“Tahun ini, kami melangsungkan Seren Taun dalam suasana khidmat karena masih dalam suasana duka atas wafatnya Pangeran Djatikusumah Maniswara Tedjabuwana Alibassa. Maka selain sebagai bentuk syukur, Seren Taun 22 Rayagung juga menjadi momentum penghormatan atas jasa dan warisan beliau,” ungkap Rama Anom.
Berbagai pertunjukan budaya khas Sunda turut mewarnai acara, mulai dari penampilan tari tradisional oleh pemuda-pemudi berpakaian adat, pertunjukan seni musik karawitan, hingga prosesi adat yang sarat makna. Kehadiran generasi muda dalam perayaan ini menjadi sorotan positif, menandakan kesinambungan tradisi yang tetap terjaga di tengah arus modernisasi.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Fajar Riza Ul Haq, M.A, yang turut hadir dalam acara ini menyampaikan apresiasi atas perayaan Seren Taun yang dinilainya memiliki nilai luhur dan relevan dengan pendidikan karakter bangsa. Ia menyebut bahwa budaya, bersama Pancasila dan agama, merupakan tiga pilar utama dalam pendidikan karakter di Indonesia.
“Budaya yang dirawat oleh masyarakat Sunda Wiwitan ini adalah sumber nilai yang hidup, mengajarkan harmoni, toleransi, dan rasa syukur. Banyak tokoh lintas agama hadir di sini, menandakan bahwa budaya mampu menjadi pemersatu bangsa,” ujarnya.
Perayaan Seren Taun 22 Rayagung bukan hanya selebrasi tahunan, namun juga pengingat akan pentingnya merawat tradisi sebagai identitas dan fondasi nilai hidup bersama.
(red)