Heboh Dugaan Asusila Guru SMAN 3 Kuningan, Kepsek: Sekolah Tetap Kondusif!
Foto: Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kuningan, Moch. Chaeri
(dok.tribuncirebon.com) grayscale
KuninganSatu.com - Kepala SMA Negeri 3 Kuningan, Mochammad Chaeri, memastikan bahwa kondisi sekolah tetap kondusif menyusul mencuatnya kasus dugaan perbuatan tidak senonoh terhadap siswi yang menyeret salah satu oknum guru di sekolah tersebut. Ia menegaskan bahwa guru terduga langsung dinonaktifkan sejak 28 Juli 2025 lalu dan kini kasus tersebut sepenuhnya ditangani oleh Unit PPA Polres Kuningan.
“Kami belum mendalami lebih jauh karena sudah dalam penanganan pihak berwenang. Yang pasti, dari sisi sekolah, suasana belajar tetap aman dan kondusif,” ujarnya saat dikonfirmasi wartawan pada Senin (29/7/2025).
Menurutnya, hak-hak pendidikan siswi tetap dijamin oleh pihak sekolah. “Anak tersebut masih mengikuti kegiatan belajar seperti biasa, semangatnya luar biasa. Tidak terlihat drop,” katanya.
Lebih lanjut, Chaeri menegaskan bahwa pihak sekolah telah menjalin komunikasi intensif dengan orang tua siswi dan juga melakukan koordinasi dengan Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah X Provinsi Jawa Barat yang berkedudukan di Cirebon.
“Kami sudah sampaikan ke KCD, baik ke kepala KCD maupun kasubagnya, untuk mendapatkan arahan dan langkah penanganan yang tepat,” terangnya.
Guru yang kini berstatus terduga disebut sudah mulai mengajar jauh sebelum Chaeri menjabat sebagai kepala sekolah pada 2021. “Kalau lihat data, kemungkinan dia mulai mengajar sejak tahun 2014 atau 2015,” ungkapnya.
Sebagai upaya pencegahan, pihak sekolah mengaku telah menyisipkan edukasi etika, sopan santun, dan karakter dalam program Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), bekerja sama dengan TNI dan Polri. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan Gubernur Jawa Barat melalui program Pendidikan Pancawaluya Istimewa.
Sekolah Ramah Anak dan Berbasis Lingkungan
SMA Negeri 3 Kuningan dikenal sebagai sekolah berbasis lingkungan dan ramah anak. Menurut Chaeri, nilai-nilai kebersamaan dan saling mendukung sudah menjadi budaya sekolah.
“Kalau ada masalah, siswa saling menguatkan. Kami bangun budaya yang inklusif dan mendidik,” ujarnya.
Sekolah ini juga menjadi salah satu favorit di Kabupaten Kuningan. Tahun ini, jumlah pendaftar mencapai angka tertinggi dibanding sekolah lain, meski kapasitas ruang kelas terbatas. Total rombongan belajar (rombel) untuk kelas 10 mencapai 10 kelas, termasuk siswa dari program Penjaringan Anak Putus Sekolah (PAPS) sebanyak 13 orang.
SMA Negeri 3 juga menerapkan Kurikulum Merdeka, sehingga tidak ada pembagian jurusan yang kaku. Siswa diberi kebebasan memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakat mereka. Ekstrakurikuler pun cukup aktif, mulai dari Putsar, SMPL, Pecinta Alam, PMR, hingga Olimpiade Sains.
Terkait kebijakan jam belajar, sekolah mengikuti aturan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan memulai pelajaran pukul 06.30 WIB. Meski sempat jadi perbincangan, Chaeri menyebut siswa justru merasa lebih nyaman.
“Anak-anak justru merasa lebih enjoy,” tuturnya.
Ia juga memastikan bahwa mayoritas siswa tidak membawa kendaraan pribadi karena keterbatasan lahan parkir dan lokasi rumah yang relatif dekat dengan sekolah.
(roy)