Mengenang Hana ‘Nining’ Kurniasih: Srikandi Merah Putih dari Kuningan
![]() |
Foto: Hana Nining Doc. dialektikakuningan.com |
KuninganSatu.com,- Nama Hana ‘Nining’ Kurniasih mungkin tidak tercatat dalam buku sejarah nasional, namun kontribusinya dalam menghidupkan semangat kebangsaan dan seni budaya di Kabupaten Kuningan meninggalkan jejak yang kuat.
Lahir pada tahun 1967, Hana dibesarkan dalam keluarga pejuang. Ayahnya adalah seorang prajurit TNI yang terlibat langsung dalam masa Agresi Militer Belanda. Sejak kecil, Hana telah mengenal arti perjuangan dan nasionalisme, nilai-nilai yang kemudian menjadi fondasi seluruh aktivitas hidupnya.
Kiprah Hana dalam dunia seni dan budaya tidak hanya menonjol di tingkat lokal, tetapi juga menarik perhatian publik luas, khususnya melalui gagasannya mengibarkan 10001 bendera Merah Putih di kompleks Gedung Perjanjian Linggarjati. Kegiatan itu dimulai pada tahun 2017 dan dilakukan secara konsisten setiap bulan Agustus hingga tahun 2021.
Gedung Perjanjian Linggarjati, yang sebelumnya kurang mendapat perhatian, berubah menjadi pusat kegiatan kebangsaan. Ribuan bendera dikibarkan dalam momen yang menggugah kesadaran kolektif masyarakat terhadap nilai-nilai perjuangan dan sejarah bangsa. Bahkan di masa pandemi Covid-19, kegiatan tersebut tetap dilaksanakan dengan adaptasi tertentu, menandakan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap nilai nasionalisme.
Tidak hanya berkutat pada simbolisme, Hana juga aktif dalam berbagai aktivitas kebudayaan. Ia kerap menginisiasi diskusi seni, menciptakan karya-karya seperti film, musik, dan pertunjukan teater yang mengangkat tema sejarah, kebangsaan, dan budaya lokal. Berbagai kegiatan tersebut menjadi sarana untuk menyampaikan pesan moral dan nasionalisme dalam bentuk yang kreatif dan membumi.
Hana dikenal sebagai pribadi yang teguh dan konsisten. Ia tidak hanya hadir sebagai pelaku seni, tetapi juga sebagai penggerak kesadaran kolektif akan pentingnya melestarikan budaya dan menghormati sejarah bangsa. Melalui pendekatan seni, ia menyentuh berbagai lapisan masyarakat dan membangkitkan semangat kebangsaan dari ruang-ruang yang sederhana.
Selama tahun terakhir hidupnya, Hana berjuang melawan penyakit yang dideritanya hingga mengurangi aktivitas fisiknya. Meski demikian, semangatnya tidak surut. Ia tetap berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan dan peringatan hari-hari bersejarah dengan segala keterbatasan yang ada.
Hana wafat pada tanggal 27 Maret 2022. Ia meninggalkan tiga orang putra yang mewarisi semangat perjuangan dan nasionalisme yang telah ia tanamkan. Hingga akhir hayatnya, Hana tetap konsisten dengan misi hidupnya: menghidupkan kembali semangat Merah Putih melalui karya dan tindakan nyata.
Kini, namanya terukir dalam ingatan masyarakat sebagai simbol dedikasi tanpa pamrih. Sosoknya telah menjadi bagian penting dalam mozaik sejarah lokal Kuningansebagai perempuan yang memperjuangkan nilai kebangsaan lewat seni, bukan dengan senjata, tapi dengan semangat dan keteladanan.
(red)