Kuningan Satu

Kuningan Satu

  • Business
  • _Strategy
  • _Economy
  • _Finance
  • _Retail
  • _Advertising
  • _Careers
  • _Media
  • _Real Estate
  • _Small Business
  • _The Better Work Project
  • _Personal Finance
  • Tech
  • _Science
  • _AI
  • _Enterprise
  • _Transportation
  • _Startups
  • _Innovation
  • Markets
  • _Stocks
  • _Indices
  • _Commodities
  • _Crypto
  • _Currencies
  • _ETFs
  • Lifestyle
  • _Entertainment
  • _Culture
  • _Travel
  • _Food
  • _Health
  • _Parenting
  • Politics
  • _Military & Defense
  • _Law
  • _Education
  • Reviews
  • _Tech
  • _Streaming
  • _Tickets
  • _Kitchen
  • _Style
  • _Beauty
  • _Gifts
  • _Deals
  • Video
  • _Big Business
  • _Food Wars
  • _So Expensive
  • _Still Standing
  • _Boot Camp
  • Beranda
  • Editorial
  • Indonesia
  • Integritas
  • Kebangsaan
  • Kemerdekaan
  • Merah Putih
  • Nasionalisme
  • Opini & Tajuk Redaksi
  • Politik
  • Refleksi

Indonesia, Masihkah Merah Darahmu dan Putih Tulangmu?

Oleh Redaksi
Agustus 05, 2025

Foto dokumentasi pinterest

Masihkah merah darahmu mengalir deras, Indonesia? Masihkah putih tulangmu tegak berdiri tanpa patah, tanpa cela? Di tengah perayaan kemerdekaan yang setiap tahun dirayakan dengan upacara, barisan pramuka, dan gegap gempita lomba tujuhbelasan, kita bertanya, dengan getir dan gundah, adakah makna di balik warna sakral itu yang masih hidup dalam tubuh negeri ini?

Dulu, Merah Putih dikibarkan oleh tangan-tangan gemetar penuh harap. Darah tertumpah demi secarik kain itu, tulang-tulang patah demi mimpi tentang tanah merdeka. Mereka tak menuntut apa-apa, hanya satu yakni kemerdekaan yang beradab. Tapi kini, adakah kita masih bisa menyebut diri merdeka ketika ketakutan menggantikan harapan, ketika harga diri dijual murah demi kuasa, ketika kebohongan menjadi bahasa sehari-hari para pemimpin?

Merah adalah keberanian. Tapi keberanian macam apa yang kini menonjol? Beranikah para pejabat melawan arus korupsi yang mengalir seperti sungai hitam di balik layar kekuasaan? Ataukah keberanian kini justru menjadi topeng berani mengkhianati sumpah jabatan, berani menyakiti hati rakyat, berani mempermainkan hukum, karena tahu mereka dilindungi jaring kekuasaan yang saling menjerat?

Putih adalah kesucian. Tapi kesucian kini terdengar asing, seperti bahasa kuno yang tak lagi digunakan. Integritas menjadi barang langka, dan kejujuran? Ia dipajang di museum, dikenang tapi tak lagi dihidupkan. Di atas meja-meja kebijakan, yang dipertimbangkan bukan lagi nilai kebenaran, tapi nilai tawar. Bukan lagi suara rakyat, tapi suara partai dan pebisnis yang berbisik di belakang layar.

Indonesia, masihkah engkau milik semua, ataukah kini milik mereka yang punya modal, koneksi, dan kekuasaan? Masihkah anak-anak di pulau terluar itu bagian dari mimpimu, ataukah mereka hanya angka dalam statistik pembangunan? Masihkah guru-guru honorer yang bertahan dengan gaji seadanya bagian dari darahmu, ataukah mereka hanya pengisi kekosongan yang mudah dilupakan?

Kita hidup di negeri yang katanya demokratis, tapi suara rakyat nyaris tak terdengar. Kita tinggal di tanah yang kaya, tapi banyak perut yang tetap lapar. Kita mewarisi bendera pusaka, tapi maknanya seperti memudar dari lembar sejarah yang tak dibaca.

Merah Putih bukan hanya lambang, ia adalah sumpah. Ia adalah janji yang ditulis dengan darah dan ditandatangani oleh penderitaan. Maka ketika kita bertanya, “Masihkah merah darahmu? Masihkah putih tulangmu?” sesungguhnya kita sedang menagih janji. Janji dari mereka yang dulu berani mati, kepada kita yang kini hidup tak tentu arah.

Kita tak boleh hanya terpaku pada seremoni. Tak cukup hanya berpidato di atas podium, menyanyikan “Indonesia Raya” lalu kembali ke rutinitas penuh kompromi. Kemerdekaan bukan sekadar tanggal. Ia adalah tanggung jawab harian. Ia adalah keberanian berkata tidak pada penindasan, ketulusan memberi tanpa pamrih, kesediaan berkorban demi generasi yang akan datang.

Harus kita akui, belum semuanya gelap. Masih ada anak muda yang membangun desa dengan teknologi. Masih ada jaksa dan hakim yang setia pada nurani. Masih ada petani yang bangga dengan tanahnya, masih ada pemuda yang memilih jalan lurus meski sempit. Mereka adalah penjaga merah, pelindung putih. Tapi mereka sedikit, dan seringkali sendiri.

Maka bangsa ini harus bertanya lagi, di mana merah yang dulu berkobar dalam dada para pejuang? Di mana putih yang dulu jadi penuntun langkah? Jika kita terus menolak bercermin, terus membungkam kritik, terus menutup mata dari kenyataan bahwa Merah Putih itu tinggal kain, tak lebih.

Indonesia, jangan biarkan kami mengibarkan bendera tanpa makna. Jangan ajarkan anak-anak kami mencintai bangsa yang tak mencintai mereka kembali. Jangan wariskan bangsa dengan luka dan dusta. Karena jika Merah telah menjadi abu, dan Putih telah menjadi kelabu, lalu apa yang tersisa dari nama besar yang kita banggakan itu?

Mungkin, saatnya bukan hanya bertanya, tapi menjawab. Bukan hanya merayakan, tapi menghidupkan. Bukan hanya menggenggam bendera, tapi menjadi bendera itu sendiri berani, suci, dan hidup untuk semua.

Karena Indonesia bukan sekadar nama. Ia adalah tanggung jawab.


Ditulis oleh: Redaksi KuninganSatu.com

Tags:
  • Editorial
  • Indonesia
  • Integritas
  • Kebangsaan
  • Kemerdekaan
  • Merah Putih
  • Nasionalisme
  • Opini & Tajuk Redaksi
  • Politik
  • Refleksi
Bagikan:
Baca juga
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terkait
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Tampilkan lebih banyak
Posting Komentar
Batal
Most popular
  • 1.860 Pelaku Bisnis WiFi Ilegal di Kuningan, Uha: Polres Tutup Mata Atau Main Mata?

    Agustus 03, 2025
    1.860 Pelaku Bisnis WiFi Ilegal di Kuningan, Uha: Polres Tutup Mata Atau Main Mata?
  • Omzet Puluhan Juta Tapi Selalu Was-was, Pengusaha RT RW Net Kuningan Ungkap Realita Pahit

    Agustus 03, 2025
    Omzet Puluhan Juta Tapi Selalu Was-was, Pengusaha RT RW Net Kuningan Ungkap Realita Pahit
  • Skandal Guru dan Siswi, Alumni: Mencoreng Nama Baik Sekolah!

    Juli 29, 2025
    Skandal Guru dan Siswi, Alumni: Mencoreng Nama Baik Sekolah!
  • Heboh Dugaan Asusila Guru SMAN 3 Kuningan, Kepsek: Sekolah Tetap Kondusif!

    Juli 29, 2025
    Heboh Dugaan Asusila Guru SMAN 3 Kuningan, Kepsek: Sekolah Tetap Kondusif!
  • Undang-Undang Perlindungan Anak Tidak Pernah Mengenal Suka Sama Suka!

    Agustus 06, 2025
    Undang-Undang Perlindungan Anak Tidak Pernah Mengenal Suka Sama Suka!
Gila Temax
PT. SADAYA MEDIA UTAMA
  • Tentang Perusahaan
  • Karir
  • Beriklan Bersama Kami
  • Hubungi Kami
REDAKSI
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
KATEGORI BERITA
  • Pemerintahan
  • Politik & DPRD
  • Hukum & Kriminalitas
  • Ekonomi & UMKM
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Infrastruktur & Pembangunan
  • Sosial & Kemasyarakatan
  • Kebudayaan & Tradisi
  • Pariwisata & Potensi Daerah
  • Pemuda & Pendidikan Karakter
  • Olahraga & Prestasi Daerah
  • Agama & Moderasi Beragama
  • Teknologi & Inovasi Lokal
  • Figur & Tokoh Kuningan
  • Opini & Tajuk Redaksi
PRODUK
  • Trading
  • Website Development
  • Software
  • Network Engineer
Copyright © 2025 Kuningan Satu from PT. SADAYA MEDIA UTAMA. All rights reserved.
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo