Dari Ubi Jalar di Kaki Ciremai, Perempuan Desa Ini Menembus Pasar Internasional

Senin, 12 Mei 2025, Mei 12, 2025 WIB Last Updated 2025-05-12T13:07:55Z

Hayanah bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Sri Mandiri di Desa Sembawa, Kuningan, Jawa Barat mengembangkan usaha ubi jalar hingga skala lebih besar. Foto: dok. BRI

KuninganSatu.com,- Dari sebuah desa kecil di kaki Gunung Ciremai, lahir kisah inspiratif tentang ketangguhan seorang perempuan bernama Hayanah. Di usianya yang kini 59 tahun, ia bukan hanya berhasil bangkit dari keterpurukan, tetapi juga mengubah kehidupan ratusan perempuan lainnya. Berbekal tekad kuat dan dukungan dari BRI, Hayanah menorehkan prestasi yang membanggakan dari tanah kelahirannya, Kuningan, Jawa Barat.


Perjalanan hidup Hayanah berubah sejak krisis ekonomi 1998. Ia dan suaminya yang terdampak kondisi sulit saat itu memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Di tengah keterbatasan, justru muncul harapan baru. Pada tahun 2000, Hayanah memulai usaha sederhana mengolah ubi jalar adalah sebuah keputusan kecil yang kelak menjadi fondasi perubahan besar.


Enam tahun kemudian, ia aktif dalam program PNPM Mandiri dan membentuk Usaha Pengembangan Kecamatan (UPK). Bersama sejumlah ibu rumah tangga, ia mendirikan Kelompok Wanita Tani (KWT) Sri Mandiri di Desa Sembawa, Kecamatan Jalaksana. Kelompok ini menjadi wadah pemberdayaan perempuan desa melalui usaha pertanian terpadu.


Awal berdirinya KWT Sri Mandiri pada Januari 2009 disambut semangat kolaboratif. Hanya beranggotakan 20 orang, mereka belajar mengolah ubi jalar dengan modal patungan Rp 5.000 per bulan dan simpanan pokok Rp 20.000. Banyak percobaan yang gagal, tetapi semangat untuk terus belajar dan saling menguatkan membuat mereka bertahan.


“Saya selalu menekankan, ini bukan sekadar usaha. Ini adalah ruang kita untuk menuntut ilmu dan membantu keluarga,” ujar Hayanah, Senin (11/5/2025).


Semangat itu menular. Anggota KWT Sri Mandiri kini mencapai lebih dari 100 orang. Mereka tak lagi hanya menjual produk dari rumah ke rumah, tetapi berhasil menjalin kerja sama dengan ritel modern. Titik balik itulah yang membawa produk olahan ubi jalar mereka ke lebih dari 1.400 gerai minimarket di wilayah Cirebon hingga Brebes. Produk mereka juga hadir di toko oleh-oleh dan pelanggan tetap, bahkan mulai menembus pasar luar negeri seperti Malaysia dan Korea.


Pandemi sempat menghentikan distribusi ke Bali, tetapi bukan semangat mereka. Justru mereka memperkuat pasar di Jabodetabek dan Cirebon.


Dampak ekonomi dari usaha ini sangat nyata. Perempuan yang dulunya hanya mengurus rumah kini punya penghasilan dan kemandirian finansial. Lebih dari itu, mereka merasa dihargai dan berdaya. “Kami ingin menunjukkan bahwa perempuan punya kekuatan untuk bertahan dan berkembang,” kata Hayanah.


Pendampingan dan Permodalan


Tonggak penting lainnya adalah ketika Hayanah mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI pada 2010. Pinjaman tersebut menjadi titik awal ekspansi usaha, dari pembelian mesin produksi, pembangunan fasilitas, hingga pembelian tanah untuk perluasan rumah produksi.


Tak hanya berhenti di permodalan, BRI melalui program “BRI Peduli” juga memberikan bantuan alat pengolah tepung berkapasitas 40 kilogram pada 2022. Meskipun kapasitasnya masih terbatas, alat tersebut sangat membantu peningkatan produksi.


“Alhamdulillah, meski belum bisa memenuhi seluruh permintaan, kami sudah bisa memproduksi sendiri,” ucap Hayanah penuh syukur.


Kepada sesama perempuan, Hayanah berpesan agar tak takut melangkah. Rasa minder dan ketakutan, menurutnya, tak boleh menjadi penghalang. Yang terpenting adalah niat baik, tekad kuat, dan kemauan belajar.


"Jika niat kita bekerja adalah ibadah dan demi kesejahteraan keluarga, Insya Allah jalan akan terbuka lebar," ujarnya.


Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, menyampaikan bahwa BRI terus berkomitmen mendukung UMKM melalui program “Klasterkuhidupku”. Program ini tak hanya memberikan akses permodalan, tapi juga pendampingan, pelatihan, dan pemberdayaan berkelanjutan.


“Kami percaya, dengan pendekatan holistik, UMKM Indonesia bisa naik kelas dan menjadi pilar penting dalam pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” tutup Hendy.


(red)

Komentar

Tampilkan

  • Dari Ubi Jalar di Kaki Ciremai, Perempuan Desa Ini Menembus Pasar Internasional
  • 0

Terkini

Topik Populer