Dari Sakral Jadi Komersial, Ikan Dewa Kuningan Laris di Negeri Seberang
Cibulan, KuninganSatu.com - Di balik beningnya air kolam Cibulan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Minggu (1/6/2025) tersembunyi kisah legenda yang telah berusia ratusan tahun. Mitos tentang ikan dewa, yang diyakini sebagai jelmaan Prabu Siliwangi dan prajurit setianya, tak hanya menjadi cerita turun-temurun, tapi juga simbol spiritual yang melekat kuat di tengah masyarakat.
Konon, Prabu Siliwangi sang penguasa besar dari Kerajaan Pajajaran yang menghilang secara misterius setelah merasa dikhianati oleh para pengikutnya. Dalam keheningan rimba Cibulan, ia bersama pasukannya dipercaya berubah menjadi ikan berwarna putih yang kini disebut ikan dewa atau kancra bodas. Kolam tempat mereka bersemayam dianggap sakral, dijaga dengan penuh hormat, dan menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Manis Kidul.
Masyarakat setempat meyakini bahwa ikan-ikan ini tidak boleh ditangkap, disakiti, apalagi dimakan. Barang siapa yang melanggar pantangan ini, dipercaya akan mengalami nasib buruk atau celaka. Kepercayaan ini bukan sekadar cerita, melainkan telah membentuk norma sosial yang dihormati oleh generasi ke generasi.
Tak heran jika kawasan wisata Cibulan kerap dijadikan destinasi religi. Banyak pengunjung datang bukan hanya untuk melihat ikan-ikan dewa berenang tenang di kolam jernih, tapi juga untuk melakukan ritual seperti mencuci muka, berdoa, hingga memberi makan ikan dengan kesadaran spiritual. Kolam ini menjadi ruang pertemuan antara kepercayaan leluhur dan kehidupan modern.
Namun, seiring berkembangnya zaman dan meningkatnya minat terhadap ikan dewa, kisah sakral ini juga memunculkan peluang ekonomi baru. Dari mitos yang dulunya hanya hidup dalam cerita, kini ikan dewa menjadi komoditas bernilai tinggi di pasar ikan hias dan konsumsi. Salah satu tokoh yang berhasil mengolah potensi ini adalah Dedin, seorang pembudidaya ikan dewa yang telah menekuni usaha ini selama beberapa tahun terakhir.
Setiap bulannya, Dedin menargetkan produksi sekitar 5.000 ekor benih ikan dewa. Pasarnya luas, mulai dari wilayah Jabodetabek, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Tak hanya pasar lokal, ikan dewa juga dikirim ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, dan Hongkong.
“Ikan dewa ini unik. Selain bisa dijadikan ikan hias karena bentuk dan warnanya yang menarik, juga bisa dikonsumsi. Tapi untuk konsumsi biasanya khusus di luar negeri karena nilainya tinggi dan digunakan dalam acara tertentu seperti Imlek,” ujar Dedin.
Harga jual ikan dewa pun sangat variatif. Benih kecil berukuran 3 - 4 cm dijual seharga Rp 4.000 - Rp 5.000 per ekor. Sedangkan ikan konsumsi bisa mencapai Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta per kilogram. Di pasar luar negeri, seperti Hongkong, harga ikan dewa konsumsi bahkan bisa melonjak hingga Rp 3 juta - Rp 4 juta per kilogram, terutama saat musim perayaan Tionghoa.
Kegigihan Dedin dalam mengembangkan usaha ini tidak sia-sia. Ia kini meraup omzet bulanan sebesar Rp 10 juta hingga Rp 20 juta. Pada musim panen dan momen tertentu seperti menjelang Imlek, omzetnya bahkan pernah tembus Rp 100 juta dalam sebulan. Ini menjadi bukti nyata bahwa kepercayaan lokal yang dulunya bersifat mistis bisa dikembangkan menjadi peluang bisnis yang konkret dan menguntungkan.
Keberhasilan Dedin bukan hanya berdampak pada dirinya sendiri, tapi juga membuka lapangan kerja baru dan menginspirasi warga sekitar untuk mulai mengelola potensi lokal dengan lebih kreatif. Budidaya ikan dewa kini mulai digarap lebih serius sebagai bagian dari ekonomi berbasis budaya.
Meskipun ikan dewa telah menjadi komoditas, nilai-nilai sakral tetap dijaga. Budidaya dilakukan dengan tetap menghormati mitos dan kepercayaan lokal. Para peternak, termasuk Dedin, sangat menyadari bahwa di balik keuntungan ekonomi yang diraih, ada warisan budaya yang tidak boleh dilupakan.
Kolam Cibulan pun kini tidak hanya menjadi tempat wisata dan ziarah, tetapi juga simbol keberhasilan masyarakat dalam merawat budaya sekaligus mengembangkannya menjadi aset ekonomi. Dari mitos leluhur yang dahulu hanya hidup dalam cerita lisan, kini ikan dewa menjadi ikon lokal yang memberi manfaat nyata bagi banyak orang.
Warisan Prabu Siliwangi ini membuktikan bahwa mitos bukan sekadar kisah masa lalu. Ia bisa menjadi kekuatan ekonomi, jika dikelola dengan bijak dan penuh rasa hormat terhadap akar budayanya.
(red)