Pemimpin Elitis, Ekonomi Terjepit: ‘Kuningan Melesat’ Hanya Fatamorgana?
Cijoho, KuninganSatu.com - Masa 100 hari kerja pasangan Bupati Kuningan Dian Rachmat Yanuar dan Wakil Bupati Tuti Andriani mendapat sorotan tajam dari Ketua LSM Frontal, Uha Juhana. Sejumlah catatan kritis disampaikan Uha yang menilai bahwa kinerja keduanya belum menunjukkan arah perubahan signifikan, bahkan dinilai memprihatinkan.
Dalam pernyataannya, Minggu (1/6/2025) Uha Juhana mengungkapkan bahwa sektor ekonomi di Kabupaten Kuningan saat ini berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Banyak masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan dasar hidup. Hal ini turut berdampak pada lesunya aktivitas pasar, di mana para pedagang mengeluhkan minimnya pembeli dan merosotnya daya beli masyarakat secara merata.
“Infrastruktur jalan rusak hampir di seluruh pelosok kabupaten. Ketimpangan sosial ekonomi antara si kaya dan si miskin semakin jomplang. Pengangguran terbuka naik, sementara peluang kerja dan usaha sangat terbatas,” tegas Uha.
Ia juga menyoroti lemahnya kinerja aparatur pegawai di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Menurutnya, banyak yang hanya menjalankan tugas sekadar menggugurkan kewajiban tanpa semangat perubahan.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa hingga triwulan pertama tahun 2025, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) baru mencapai 18 persen dari target yang ditetapkan. Ini menunjukkan lemahnya kapasitas fiskal daerah.
Bahkan, akibat defisitnya APBD Kuningan tahun 2025 yang masih menyisakan gagal bayar, tidak ada kegiatan nyata yang bisa dilakukan untuk masyarakat, sehingga berimbas pada stagnasi perputaran uang di tingkat bawah.
Gaya kepemimpinan Bupati Dian Rachmat Yanuar juga tidak luput dari kritik. Uha menyebut gaya kepemimpinan Dian elitis dan tidak membumi.
“Merakyat hanya menjadi slogan pencitraan. Faktanya, masyarakat bahkan para tokoh sulit menemui dan berkomunikasi langsung dengan pemimpin daerah. Kuningan kehilangan figur yang bisa mengayomi semua kalangan,” ujarnya.
Menurut Uha, jargon Kuningan Melesat justru terasa seperti fatamorgana. Tidak sesuai dengan realitas. Masa depan daerah akan suram jika tidak ada perubahan mendasar dari pimpinan daerah untuk segera menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah besar serta benar-benar melayani masyarakat dengan sepenuh hati.
Ia menutup pernyataannya dengan menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Kuningan saat ini cenderung mempertahankan status quo dan seolah berjalan autopilot.
“Kemampuan mengelola perubahan pasangan Dian - Tuti selaku pimpinan daerah kini patut dipertanyakan,” pungkas Uha Juhana.
(red)